Hujan deras rasanya kalah telak dengan naluri dua sahabat lama yang rindu bertemu dan terlalu jenuh dirumah.
Di sebuah kafe berlatar klasik, saya dan Widya, dua orang gadis yang sama sama sedang patah hati saat itu.
Syahdu nian rasanya bercerita patah hati ditemani hujan di luar sana yang bergemuruh rusuh, dan dua gelas minuman manis yang bahkan terlalu manis untuk pahitnya hidup kita malam itu menjadi saksi pengakuan kejujuran hati dua gadis kedinginan ini.
Kita selalu mengaku dewasa. Padahal pada kenyataannya kita sama-sama belum dewasa. Kita kalah dengan egoisme, padahal harusnya kita tahu bagaimana bersikap, tapi kita tetap pura-pura tidak tahu. Kita tidak dewasa karna kita lebih pilih menangis sendu sepanjang minggu padahal bisa saja tersenyum manis melwati hari tanpa beban di hati.
Segelas Milkshake dan secangkir caramel macchiato sudah habis tak tersisa. mungkin seharusnya malam itu kami berdua minum air putih saja banyak banyak, minimal kalau patah hati kami belum usai, kami tak perlu menanggung beban diabetes yang bisa datang kapan kapan bila setiap patah hati kami minum minuman manis.
Setelah percakapan dinyatakan usai, saya tahu betul apa yang selama ini ternyata saya butuhkan:
Pergi keluarlah sesekali, bertemu dengan orang baru atau temuilah teman lama. Obat sakit hati dan kejenuhanmu ada terselip diantara mereka
No comments:
Post a Comment