salah satu hal yang saya syukuri selama saya berada di chongqing adalah,
saya mendadak jadi artis!
bukan, bukan.. saya bukan artis yang muncul di tv, bukan juga yang tampil di panggung panggung, tapi saya tau rasanya jadi artis setelah saya datang ke Chongqing.
Musim panas pertama saya di Chongqing. tepat saat puasa ramadhan, jam 12 siang kala itu.
Saya memutuskan untuk pergi ke pusat kota untuk membeli oleh oleh karena 2hari lagi saya akan kembali ke Indonesia. Di luar sangatlah terik, maka jadilah saya tak mengajak siapa siapa untuk ikut bersama saya.
Di jalan saat keluar apartemen hingga saya sampai di pusat kota, semua mata orang lokal tertuju pada saya. walaupun harusnya saya sudah biasa dengan suasana ini, namun rasanya tatapan orang orang menjadi sangat beda dan penuh tanya. Kebanyakan dari mereka berbisik pada orang disebelahnya setelah melirik
aneh ke arah saya. Saya kira mungkin saya pakai baju terbalik atau mungkin rok saya robek. walaupun setelah saya cek berulang-ulang, tak ada yang salah rasanya dengan pakaian saya.
Tak lama saya berbelanja di pusat kota, saya putuskan untuk kembali ke apartemen karena sangat tidak nyaman dengan suasana ini
Di salah satu subway menuju kembali ke apartemen, ada seorang pria lokal berusia 35tahun, menatap saya dengan tatapan yang lebih tidak sedap ketimbang tatapan mata orang lainnya. pria itu mendekat, saya jadi semakin panik. Turunlah saya di stasiun Shuangbei, bukan stasiun tujuan saya. saya hanya untuk menghindari pria itu. ternyata pria itupun turun di stasiun yang sama.
saya ambil kereta ke 3 setelah 2 kereta sebelumnya melewati kami, hanya untuk memastikan pria ini tidak mengikuti saya. tapi lagi lagi, pria ini menaiki kereta yang sama dengan saya. ah, saya jadi semakin takut.
Sampailah kami di stasiun Daxuecheng, stasiun tujuan saya. turun juga pria yang sedari tadi mengikuti saya itu. dengan langkah agak cepat, akhirnya ia menegur saya. Menanyakan bagaimana bisa di udara 40derajat kala itu, saya malah menggunakan penutup kepala, baju lengan panjang dan rok panjang. dan kemudian ia menawarkan saya sebotol air mineral dingin, karena katanya saya terlihat lelah dan kepanasan. saya menjawab bahwa saya sedang puasa. ia kaget bukan main dan mengatakan saya sudah gila.
ternyata inilah yang orang orang perhatikan dari saya, hijab saya menarik perhatian mereka.
Ya, saya adalah gadis berhijab yang tinggal di kota dengan agama islam sebagai minoritas. Warga di Chongqing belum begitu
kenal dengan hijab. wajarlah bila saya selalu jadi pusat perhatian apalagi di saat musim panas.
Saya yang awalnya risih dengan pandangan warga lokal ini, kini malah menikmati menjadi pusat perhatian. lirikan mata yang bingung serta takjub inilah yang makin menguatkan saya untuk terus berhijab, berada di jalan Allah. Insha Allah inilah yang menjadikan saya semakin istiqamah. Alhamdulillah