Tuesday, August 16, 2016
Saturday, August 13, 2016
a good bye photo
"aku dulu mau masuk hati kamu pake izin, memintanya dengan cara yang polite dan romantis. sekarang pamitan juga aku maunya gitu, aku menghargai kamu dengan sangat, jadi biarkan aku pamitan dengan polite dan romantis. kamu siap siap gih, sekalian aku siapin kameranya"
derai air mata tak usai usai mengalir. meski kutahu betul pertemuan selalu beriringan dengan perpisahan. tapi aku tak pernah siap akan itu.
perpisahan indah tak pernah ada.
"udah siap?"
"ga akan pernah siap"
aku tak pernah paham apa makna dibalik senyummu. perpisahan ini memang aku yang pilih, tapi naluriku belum bisa terima bahwa kau menanggapi perpisahan ini dengan seiklas itu dan cuma aku sendiri yang bergelimang tangis
"I Loved You" bisikmu.
"Kenapa kamu harus pernah datang?"
"Agar kita sama-sama tahu pahitnya melepaskan. Tuhan sudah atur semua ini. Tenang, indah sorot matamu dan cerdasnya pemikiranmu selalu jadi favoritku. semoga hijrah kita berhasil ya"
senyumanmu menyudahi hari itu dan sebuah folder berisi foto menjadi saksi hari dimana kita mengikhrarkan sebuah pamit.
I don’t regret our goodbye. I regret our hello.
Ceracau Senja
I can never listen to Michael Buble anymore. His 'Home' hurts too much since you’re not the home anymore
Pohon rindang yang menguning menemani kita yang sedang jalan berdampingan, walau hati kita tak lagi beriringan, walau jariku tak lagi tepat untuk digenggam olehmu.
Seribu satu cara kulakukan agar pintu hati ini tertutup untukmu, pun seribu satu cara kau lakukan untuk tak mengetuknya lagi.
tapi kenyataan berkata lain.
kita bertemu.
aku dan kamu sama-sama tahu kita dipersatu rindu
rindu yang sedang menari indah diatas heningnya senja dengan aroma sehabis hujan ini
rindu yang perlahan tercipta oleh rangkaian doa yang diam-diam kita sampaikan
Subscribe to:
Posts (Atom)